Sinopsis dan Review Inside Out 2, Mencari Diri di Masa Remaja

Sindu
By -
0

Simak sinopsis dan review film Inside Out 2 berikut!


Sejak perilisannya pada tahun 2015, "Inside Out" telah menjadi salah satu film animasi paling dicintai dan ikonik dari Pixar. Film ini berhasil menyuguhkan cerita yang unik dan emosional tentang dunia internal seorang anak perempuan bernama Riley, yang diperlihatkan melalui personifikasi emosi-emosi yang ada di dalam pikirannya. Joy (Kebahagiaan), Sadness (Kesedihan), Anger (Kemarahan), Fear (Ketakutan), dan Disgust (Jijik) bekerja sama untuk membantu Riley menghadapi tantangan hidupnya.


"Inside Out" tidak hanya menghibur penonton dari segala usia dengan humor cerdas dan visual yang memukau, tetapi juga memberikan pandangan yang mendalam tentang pentingnya setiap emosi dalam kehidupan kita. Film ini mengajarkan bahwa semua emosi, baik yang positif maupun yang negatif, memiliki peran penting dalam membentuk siapa diri kita dan bagaimana kita merespons dunia di sekitar kita.


Kini, hampir satu dekade kemudian, Pixar menghadirkan sekuel yang sangat dinantikan, "Inside Out 2." Dengan Riley yang kini beranjak remaja, film ini menggali lebih dalam kompleksitas emosional yang datang dengan masa pubertas dan perubahan besar dalam hidup. "Inside Out 2" berusaha melanjutkan warisan film pertamanya dengan mengeksplorasi tema-tema baru yang relevan dan mendalam, sekaligus mempertahankan pesona dan kehangatan yang membuat penonton jatuh cinta pada cerita aslinya.



Sinopsis Inside Out 2


Sinopsis dan Review Inside Out 2,

Rating: PG  

Bahasa: Inggris  

Produser: Mark Nielsen  

Penulis Naskah: Meg LeFauve, Dave Holstein, Kelsey Mann  

Produksi: Pixar Animation Studios  

Tagline: "Big Changes. New Emotions."  

Sound Mix: Dolby Digital, Dolby Atmos, Sonics-DDP, Auro 11.1, 12-Track Digital Sound, D-Cinema 96kHz Dolby Surround 7.1, D-Cinema 96kHz 7.1  


Apa yang biasanya dirasakan ketika seseorang menginjak fase hidup baru? Yup, emosi baru! Inilah yang menjadi fondasi kisah dalam film animasi kedua yang sangat populer, **Inside Out**. Masih berfokus pada kisah para emosi yang ada di dalam kepala Riley, gadis itu kini menginjak usia 13 tahun.


Riley diceritakan bergabung dengan sebuah klub hoki es di sekolah menengahnya. Namun, pengalaman pertama ini memunculkan banyak emosi baru dalam dirinya. Emosi-emosi baru ini benar-benar datang ke Headquarters dan menyambut para emosi lama (Joy, Sadness, Disgust, Anger, dan Fear) yang selama ini mengontrol emosi Riley.


Bisa tebak emosi apa saja yang datang? Ada Anxiety (rasa cemas), Embarrassment (rasa malu), Envy (rasa iri), dan Ennui (rasa bosan). Kedatangan mereka lantas menimbulkan konflik karena belum selaras dengan koordinasi para emosi lama. Akibatnya, emosi-emosi baru ini berusaha mengambil alih kendali dengan mengurung bahkan mengeluarkan para emosi lama dari Headquarters.


Para geng emosi lama, yang tahu bahwa Riley juga membutuhkan mereka untuk mengatur perasaannya, terpaksa melakukan perjalanan panjang demi bisa kembali ke Headquarters. Perjalanan ini penuh tantangan dan penemuan baru, serta mengajarkan bahwa setiap emosi, baik yang lama maupun yang baru, memiliki peran penting dalam kehidupan Riley yang sedang tumbuh dan berkembang.



Review Film Inside Out 2


Review Film Inside Out 2


Tak terasa kini Riley (Kensington Tallman) sudah mulai beranjak dewasa. Ia akan menginjak sekolah menengah atas dengan segala pengalaman baru yang telah menanti di depan mata. Hal itu membuat emosinya juga ikut berkembang, apalagi dalam masa pubertas yang sedang dialaminya.


Emosi tetapnya yakni Joy/Bahagia (Amy Poehler), Sadness/Sedih (Phyllis Smith), Anger/Marah (Lewis Black), Fear/Takut (Tony Hale), dan Disgust/Jijik (Liza Lapira) juga tidak kalah antusias dengan masa depan Riley. Gadis itu berharap bisa masuk dalam grup hoki Fire Hawks yang terkenal di kalangan para atlet muda.


Kenangan manis, lucu, persahabatan, dan hal positif lainnya pun akhirnya terbentuk di markas besar memori sebagai sense of self. Sayangnya, keberadaan sense of self yang baik itu terancam ketika kedua teman dekat Riley yakni Bree (Sumayyah Nuriddin-Green) dan Grace (Grace Lu) mengatakan hal mengejutkan.


Mereka tidak akan satu sekolah dengan Riley di masa depan, padahal sebelumnya mereka berjanji untuk tetap bersama, bahkan bergabung dalam tim Fire Hawks. Janji yang koyak itu membuat emosi Riley melonjak dan menciptakan empat emosi baru yang hadir di markas besar memori.


Mereka adalah Anxiety/Cemas (Maya Hawke), Envy/Iri (Ayo Edebiri), Ennui/Bosan (Adèle Exarchopoulos), dan Embarrassment/Malu (Paul Walter Hauser). Kedatangan mereka yang secara mendadak jelas membuat grup emosi ‘senior’ kebingungan. Joy cs pun segera mencari tahu apa yang terjadi.


Joy menemukan jawaban bahwa emosi baru itu terbentuk karena Riley sedang dalam masa pencarian jati diri. Sayangnya, cara kerja keempat emosi itu bertentangan dengan apa yang dikerjakan oleh Joy cs. Geng emosi baru itu selalu membuat Riley merasa aman dengan cara yang salah sehingga membentuk pribadi Riley yang kasar.


Anxiety juga dianggap mengganggu kehidupan Riley dengan membuat gadis itu overthinking dan memikirkan skenario negatif tentang apa pun. Hal tersebut dilakukan dengan alasan supaya Riley tidak mengalami apa yang ia cemaskan. Alhasil, Riley jadi berubah 360 derajat.


Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Anxiety. Tidak menyukai perbedaan, Anxiety meminta Embarrassment untuk mengirim Joy cs. ke bagian bawah pikiran Riley sehingga ia berkuasa atas konsol emosi juga pikiran Riley. Anxiety bahkan membuang sense of self yang Riley punya.


Selain itu, para emosi baru dengan sembrono mulai menciptakan sekelompok kenangan negatif untuk membuat Riley jadi selalu waspada. Mereka membuat Riley ketakutan apabila kalah dalam pertandingan penyisihan atau gagal masuk dalam tim Fire Hawks. Mereka juga membuat Riley jadi ‘orang lain’ supaya bisa diterima di circle barunya.


Hasilnya, emosi dan pikiran Riley jadi semakin rusak setiap hari. Sementara itu, Joy cs berusaha untuk keluar dari bawah pikiran Riley untuk kembali menuju markas lewat bantuan tokoh kartun yang disukai Riley saat masih kecil yakni Bloofy (Ron Funches) dan Pouchy (James Austin Johnson).


Begitu mereka berhasil keluar dari bawah pikiran Riley, Joy cs memulai perjalanan kembali ke tempat pembuangan memori buruk untuk mengambil sense of self Riley yang dibuang Anxiety dan segera menaruhnya lagi di markas besar. Di saat bersamaan, Anxiety berusaha untuk membuat sense of self yang baru untuk Riley.


Selagi Joy dan Anxiety bertarung, Riley jadi semakin tidak terkontrol. Ia mulai sarkas, masuk ke ruangan pelatih tanpa izin untuk melihat buku catatan penilaiannya, berbohong tentang banyak hal, bahkan meninggalkan persahabatannya bersama Bree dan Grace yang sudah terjalin lama sekali.


Joy cs pun kini berpacu dengan waktu, perjalanan menuju markas ternyata tidak semudah yang mereka bayangkan. Banyak blok-blok penyimpanan bola memori baru yang muncul. Ditambah lagi pekerja di blok memori tersebut dipaksa Anxiety untuk tetap memproyeksikan kegagalan supaya Riley bekerja lebih keras.


Tidak tahan lagi, Joy segera mengambil alih kendali di blok memori membuat aksi manipulasi Anxiety jadi terbatas. Ini memberi Joy cs tambahan waktu sebelum mereka sampai di markas besar. Namun di tengah perjalanan, Joy hampir saja menyerah sebelum akhirnya ia mendapatkan ide hebat.


Joy cs meledakkan tebing penyimpanan bola memori buruk dan membiarkannya jatuh ke dalam sungai sense of self bersamanya; dengan begitu Joy bisa mendapatkan akses ke markas menggunakan lift. Sayangnya, saat Joy cs sampai di atas, kekacauan lebih besar sudah terjadi.



Baca juga: 15 Film Keluarga Terbaik Sepanjang Masa untuk Ditonton Bareng Keluarga



Riley terserang panic-attack. Hal itu terjadi akibat Anxiety membuat Riley overthinking terlalu keras hingga menyakiti teman-temannya di lapangan hoki. Joy segera mengambil alih konsol, mengatakan bahwa Anxiety harus bisa melepaskan Riley supaya ia bisa menjadi dirinya sendiri. Joy bahkan tidak menaruh sense of self yang ia bawa di kotak memori.


Joy ingin Riley melepaskan semua emosinya dan akhirnya terbentuk sense of self yang baru, gabungan dari banyak emosi yang membuat jiwa Riley jadi seimbang. Begitu mulai tenang, Riley meminta maaf pada Bree dan Grace serta semua orang yang pernah ia sakiti dan melanjutkan hidupnya dengan baik.



Pengembangan Cerita


Bagi sebagian besar anak-anak, film ini mungkin hanya akan menjadi tontonan penuh warna dan karakter lucu seperti Joy dan kawan-kawan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami kedalaman cerita atau tema emosional yang disajikan. Dalam konteks ini, film "Inside Out" dan sekuelnya memberikan hiburan visual yang menyenangkan dan membantu perkembangan kognitif anak-anak melalui warna-warna cerah dan animasi yang menggemaskan.


Namun, bagi remaja dan orang dewasa, ceritanya memberikan makna yang lebih dalam. Kita akan sangat tersentuh dengan penggambaran bagaimana ajaibnya emosi dan pikiran kita bekerja. Film ini memberikan kita wawasan tentang mekanisme internal emosi kita dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Lewat cerita yang disajikan, kita diajak untuk memahami inti dari emosi yang selama ini kita rasakan.


Selama menonton, emosi kita juga ikut bermain. Kita bisa merasa kesal, marah, sedih, dan terharu bersama dengan karakter-karakter di dalam film. Kreator film ini berhasil membuat cerita yang kompleks menjadi mudah dimengerti dan dinikmati oleh berbagai kalangan usia. Dua jempol untuk para kreator yang mampu mengemas konsep yang rumit menjadi sebuah cerita yang sederhana namun mendalam, menyentuh hati, dan mudah dipahami.



Pengembangan Karakter


Review Film Inside Out 2 (2024)


Rumah produksi Pixar dan Disney memang dikenal dengan perhatian mendetail terhadap karakter animasi yang mereka buat. Hal ini kembali terlihat dalam film "Inside Out 2". Para kreator berhasil menggambarkan Riley sebagai remaja berusia 13 tahun dengan sangat realistis. Penampilannya disesuaikan dengan perubahan yang dialami oleh remaja pada umurnya, seperti gigi yang harus dikawat atau wajah yang ruam karena jerawat.


Selain itu, perubahan fisik Riley juga tampak jelas; ia menjadi lebih tinggi, suaranya berubah, dan kadar jenakanya hanya bisa dimengerti oleh satu kelompok pertemanannya saja. Hal-hal ini mencerminkan pengalaman yang kita semua alami saat beranjak remaja, sehingga menambah kedalaman dan keaslian karakter Riley.


Tak hanya Riley, para kreator juga membuat rupa geng emosi baru sesuai dengan pembawaannya masing-masing. Anxiety digambarkan dengan rambut yang berantakan, mencerminkan kecemasan yang selalu hadir tanpa henti. Envy memiliki mata besar yang mencerminkan kecenderungan untuk selalu memperhatikan kelebihan orang lain. Ennui, yang berarti kebosanan dalam bahasa Prancis, berbentuk lonjong dan tampak lesu, mencerminkan perasaan yang tidak bersemangat. Embarrassment, dengan wujud besar yang selalu menutup muka, mencerminkan rasa malu yang sering kali ingin menyembunyikan diri.


Penggambaran karakter yang mendetail ini tidak hanya menambah daya tarik visual, tetapi juga membantu penonton memahami dan merasakan setiap emosi yang ada di dalam cerita. Pixar dan Disney sekali lagi membuktikan kemampuan mereka dalam menciptakan karakter yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga mendalam dan relevan dengan pengalaman nyata penonton.



Pesan Moral dan Pembelajaran


Dari film ini, kita belajar bahwa penggunaan emosi sangatlah penting dalam kehidupan kita. Namun, kita tidak bisa mengandalkan satu emosi saja untuk merasa aman dan seimbang. Dalam film pertamanya, Joy sangat egois karena ingin Riley selalu bahagia. Hal ini malah menyebabkan Riley kehilangan perasaannya dan menjadi mati rasa. 


Situasi serupa terjadi pada Anxiety di film "Inside Out 2". Meskipun niat Anxiety baik, yaitu untuk melindungi Riley dari bahaya, metode yang digunakan malah memperburuk keadaan. Joy, yang telah belajar dari kesalahan sebelumnya, berusaha mengingatkan Anxiety bahwa semua emosi harus seimbang dan tidak boleh ada yang dominan. 


Pesan penting yang disampaikan adalah bahwa semua emosi valid dan memiliki peran masing-masing. Keseimbangan emosi sangat penting untuk menjalani kehidupan yang sehat dan bermakna. Dengan mengizinkan diri kita merasakan berbagai emosi, kita dapat menghadapi berbagai situasi dan tantangan dengan lebih baik.


Film ini sangat cocok ditonton bersama keluarga dan teman, karena menghadirkan berbagai adegan yang mengharukan dan membuat kita merasa terhubung dengan Riley sebagai cerminan diri kita sendiri. Kami memberikan rating 4.5/5 untuk film karya sutradara Kelsey Mann ini.


Demikian sinopsis dan review film Inside Out 2.


Baca juga: 12 Anime Time Travel (Perjalanan Waktu) dengan Cerita Paling Seru

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!