Pelecehan di Kinderflix: Mengupas Pelecehan Akal Sehat
Di tengah lautan hiburan digital yang penuh warna dan edukatif bagi anak-anak balita, hadir Kinderflix sebagai pilihan yang menjanjikan. Dibuat dengan penuh dedikasi oleh YouTuber dan selebgram Delfano Charies, Kinderflix berhasil mencuri hati tidak hanya anak-anak tetapi juga para orangtua. Namun, popularitasnya tercemar oleh gelombang pelecehan di dunia maya, mengingatkan kita bahwa pelecehan bisa menyelinap di mana saja, bahkan di kanal pendidikan.
Kinderflix sebenarnya adalah napas segar dalam dunia tayangan pendidikan anak-anak di Indonesia. Dengan tayangan yang menarik dan dipandu oleh para host ekspresif, kanal ini membantu anak-anak dalam melatih kosa kata sekaligus mendukung tumbuh kembang mereka secara motorik. Delfano dan tim host, seperti Anisa Rostiana (Kak Nisa) dan Muhammad Algunadi (Kak Aldy), berusaha memberikan kontribusi positif pada perkembangan anak-anak.
Sayangnya, keberhasilan Kinderflix di dunia maya seketika terkikis oleh serbuan komentar tak senonoh dan pelecehan seksual dari netizen di berbagai platform media sosial. Bahkan, host perempuan yang berhijab, Kak Nisa, menjadi sasaran aksi Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Sangat disayangkan melihat bagaimana pendidikan dan kebaikan yang hendak diberikan oleh Kinderflix ternoda oleh perilaku yang tidak bermoral.
Pelecehan ini tidak hanya mencakup host perempuan, tetapi juga melibatkan host laki-laki, menunjukkan bahwa KBGO tidak mengenal batas gender. Komentar-komentar tak senonoh, ancaman, dan objektifikasi seksual yang merajalela mengekspos sisi gelap dari ruang daring yang seharusnya memberikan pendidikan dan keamanan.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Kinderflix menjadi sasaran pelecehan semacam ini? Apakah keberhasilan suatu konten harus dibayar dengan harga pelecehan dan pencemaran nama baik? Kinderflix hadir dengan niatan baik, mengedukasi anak-anak dan mendukung perkembangan mereka. Namun, tampaknya, ada pihak yang tidak bisa menerima keberhasilan tanpa memupuk kebencian dan pelecehan.
Di balik gelombang pelecehan ini, terdapat masalah yang lebih dalam, yaitu ketidakmampuan sebagian netizen untuk bersikap santun dan etis di dunia maya. Anonimitas yang diberikan oleh media sosial seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian dan melakukan pelecehan. Kita perlu menyadari bahwa tindakan online memiliki dampak nyata pada kehidupan seseorang di dunia nyata.
Tidak hanya itu, respons media terhadap kasus ini juga patut dipertanyakan. Seharusnya, media memiliki peran sebagai penyampai informasi yang obyektif dan mendidik. Namun, melihat judul-judul sensasional yang mengambarkan host Kinderflix secara objektif, media justru terlibat dalam memperburuk situasi. Mereka seharusnya membantu melawan pelecehan dan memberikan pemahaman yang benar tentang KBGO, bukan malah memperkuat stigma dan memojokkan korban.
Baca juga: Fenomena Speech Delay dan Tantangan Tayangan Balita di Indonesia: Mengurai Solusi dan Kendala
Begitu juga dengan respons terhadap host perempuan dan laki-laki. Meski keduanya menjadi korban, perhatian media lebih condong pada profil dan sosok Kak Aldy yang diidolakan emak-emak, sementara fokus pada Kak Nisa cenderung berlebihan pada aspek fisik dan gaya berpakaian. Ini menunjukkan bahwa perempuan tetap lebih rentan terhadap pembingkaian media yang kurang sensitif terhadap isu pelecehan seksual.
Melihat kondisi ini, masyarakat dan para penggiat media sosial harus bersatu untuk melawan pelecehan dan KBGO. Edukasi tentang etika online dan dampak nyata dari tindakan tidak senonoh di dunia maya perlu disosialisasikan. Anak-anak yang mengakses platform digital harus dilindungi dari paparan konten berbahaya dan pelecehan.
Kinderflix harus tetap menjadi tempat yang aman dan edukatif bagi anak-anak. Pihak pengelola dan host dapat mengambil langkah-langkah lebih lanjut, seperti melibatkan pihak berwenang untuk menindak pelaku pelecehan secara hukum. Tidak hanya itu, mendukung kampanye positif untuk mengubah pola pikir dan perilaku online juga menjadi bagian penting dalam memerangi KBGO.
Sebagai masyarakat yang semakin terhubung di dunia maya, kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan daring yang aman, positif, dan mendukung. Pendidikan dan hiburan harus tetap menjadi sarana untuk memajukan masyarakat, bukan alat untuk menyebarkan kebencian dan merusak kehidupan orang lain. Dengan bersama-sama menolak pelecehan dan KBGO, kita dapat menciptakan dunia maya yang lebih baik untuk generasi yang akan datang.