Simak review film Musikal Buku Harianku di bawah ini!
Pada kesempatan ini, kami akan me-review film musikal terbaru Indonesia yang berjudul Buku Harianku. Film yang disutradarai oleh Angling Sagaran ini dibintangi oleh Kila Putri Alam, Widi Mulia, Dwi Sasono dan Slamet Rahardjo.
Nah, yuk langsung saja disimak sinopsis dan review Buku Harianku dalam artikel di bawah ini!
Review Film Buku Harianku (2020)
CERITA
Berbeda dengan Mariposa, Alim Sudio di sisi lain memberikan suguhan menarik bagi anak-anak lewat pengalaman musikal yang asik untuk diikuti. Meskipun tak banyak menyinggung tentang buku harian Kila, film ini langsung memulai pagi dengan lagu yang bersemangat.Ulasan Film Buku Harianku (2020) |
Rangkaian kejadian mengingat lagi tentang masa lalunya Kila, membuat dramanya mulai terbangun dengan baik. Lalu, dilanjutkan dengan liburan Kila di Sukabumi yaitu di rumah Kakek Prapto.
Mulai disinilah masalah terjadi dalam film ini. Naskahnya yang kadang kali kaku dan berbahasa Sunda secara nanggung agak mengganggu penonton dalam menikmati film ini.
Film ini juga sempat kebingungan lagi dalam mengisi ceritanya, untungnya bisa diatasi dengan banyak subplot lagi.
Baca juga: Review Film Ip Man 4: The Finale
Bumbu komedi ditambah agar ceritanya semakin menggelitik, walaupun tidak semuanya lucu. Lalu, ketika penyelesaian konflik yang agak memaksa karena tidak diberikan banyak screentime sebelumnya, lalu untuk menutup filmnya dijejalkan banyak kejadian agar menambah durasinya. Namun, semua itu bisa teratasi oleh ending yang mengharukan dan menyentuh hati penonton.
Akhirnya, secara dalam cerita, 'Buku Harianku' bisa memusikalisasikan momen-momen drama dan komedi hingga menghibur penonton, walau naskahnya belum terlalu solid bisa menambah keseruan film ini dengan performa cast dan teknisnya.
AKTING DAN PERFORMA
Sebagai debutnya dalam peran utama, Kila berhasil membawa animo dan hype yang menyenangkan dalam film ini. Meskipun aktingnya masih dini untuk dibilang mengesankan, namun performanya tak akan pernah pudar mengajak penonton untuk bernyanyi bersama riang gembira.Menjadi Kila (juga) dalam filmnya, dirinya mencerminkan anak-anak yang labil sebenarnya seperti di zaman sekarang ini.
Penyeimbangnya, Widuri Puteri malah berhasil membuat film ini menjadi menyentuh, walau performanya cukup lemah disini. Namun, sebagai anak tunarungu, aktingnya begitu menawan dan mahir menjadi tunarungu seperti aslinya.
Slamet Rahardjo-lah yang membuat film ini semakin terlihat superior dalam karakternya, menjadi Kakek Prapto dirinyalah yang membawa andil besar sebagai aktor senior.
Untungnya, Kakek Slamet bisa membaur dengan semua aktornya, bahkan dengan Kila sendiri. Dirinya membawa unsur drama keluarga dan komedi yang menyenangkan serta hangat.
Baca juga: Review Film Bedevilled (2010)
Aktor pendukung lainnya pun bisa mendukung film ini dengan baik. Apresiasi terbesar diberikan pada duo Ence Bagus dan Winna Marino yang menjadi tokoh pembantu cerita yang baik dan paling emosional.
Widi Mulia dan Dwi Sasono juga bisa berusaha menjadi karakter orang tua yang menyentuh perasaan penonton. Gary Iskak dan anak buahnya menjadi sumber komedi yang pas dan sederhana, namun bisa mengocok perut penonton.
TEKNIS PENDUKUNG
Pembawaan Angling Sagaran begitu mengesankan dalam membawakan sebuah film musikal ini. Kekanak-kanakan dan menghangatkan sekali. Sinematografinya mungkin tak terlalu spesial, tapi penyutradaraannya masih tergolong apik dalam menyajikannya.Sinopsis dan Review Buku Harianku |
Menampilkan pemandangan Sukabumi yang asri, tentu menjadi sebuah penyegaran bagi anak-anak kota yang tidak pernah merasakan pemandangan desa. Soundtrack dan scoring menjadi hal utama yang paling disorot dalam film ini.
Naskah yang dimusikalisasikan menjadi periang film ini dan pencampur-adukkan perasaan penonton. Tata artistik dan busana mungkin cukup mengagumkan, karena masih sempat untuk berwarna-warni walau dalam latar desa yang sederhana.
Untungnya, Angling Sagaran masih bisa mempertahankan nilai estetika dalam film ini sehingga bukan sekedar film anak-anak biasa. Hal yang mungkin harus diperbaiki adalah transisi yang kadangkali kasar atau menyimpulkan terlalu cepat padahal cerita belum selesai.
Demikian pembahasan sinopsis dan review film Buku Harianku (2020). Kamu sudah nonton film Buku Harianku? Bagikan review dan rating kamu di komen bawah ya!
Next > Review Film Semesta (2020)