Berikut merupakan review film Milea Suara Dari Dilan yang bisa kamu baca setelah tanda titik dua berikut:
Review Film Milea: Suara Dari Dilan
Dilan yang kukenal pandai menulis atau menuturkan bahasa nan ajaib, ternyata tidak mampu bercerita sebaik serta setulus Milea.
Suara dari Dilan lebih terdengar sebagai pembelaan atas keganjilan-keganjilan yang kita temukan di dua film sebelumnya. Bahkan sesungguhnya tidak ada hal baru di sini. Baik dari segi cerita, maupun gambarnya.
Hanya ada rangkuman dengan sistem kilas balik, ditambal-sulam dengan cerita/konflik yang sama sekali tidak memuaskan pertanyaan-pertanyaan kita terhadap sosok Dilan.
Apa yang saya harapkan dari suara Dilan bukan sekedar konfirmasi atas satu dan lain hal yang terjadi pada kisah sebelumnya.
Saya ingin menyaksikan bagaimana cerita Milea dibawakan kembali dengan sudut pandang Dilan yang liar dan acapkali mengherankan.
Baca juga: Review Film Ready or Not
Membuat kita lebih mengenal sosok panglima tempur itu dari lahir, besar hingga ia menghapus diri sendiri karena janji. Membuat kita memahami siapa Dilan dan mengapa demikian.
Bukan potongan-potongan puzzle yang sengaja dijual terpisah, yang tidak memuaskan meski berhasil melengkapi cerita Milea.
Terlalu banyak memutar kembali cuplikan lawas membuat cerita Dilan dipenuhi alur yang melompat-lompat. Hal ini juga yang acapkali mengganggu Iqbaal dalam menjiwai Dilan, sehingga sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi diri ke dalam perasaannya.
Sinopsis dan Review Film Milea: Suara Dari Dilan |
Ketika adegan pergulatan batin atas perasaan rindu, penyesalan atau kekesalan melanda, saya tidak benar-benar menemukan Dilan di sana.
Mungkin suara Dilan masih mampu menghibur dengan berceloteh, tetapi tetap saja saya tidak menemukan alasan mengapa harus mendengarkannya. Atau, mengapa harus mengemas cerita ini dengan cara yang sama.
Fajar Bustomi & Pidi Baiq harus mengakui kemalasan mereka dalam menceritakan sosok Dilan secara utuh. Gagal meyuarakan hati dan pikiran seorang remaja labil dengan caranya sendiri.
Cerita Milea memang menjadi pondasi yang kuat untuk konflik utama, dan seharusnya cerita Dilan lah yang menjadi penyelesaian atas proses berdamai dengan kebodohan di masa muda. Kedua karakter ini sangat layak untuk mendapatkan cerita yang lebih baik dari sebuah adaptasi semata.
Demikian ulasan singkat film Milea: Suara Dari Dilan. Kamu sudah nonton filmnya belum nih?