Review Film Kim Ji Young Born 1982, Film tentang Masalah-masalah Perempuan

Simak review film Kim Ji Young: Born 1982 dalam bahasa Indonesia berikut ini!

Review Film Kim Ji Young: Born 1982 - Sekali-kali kami akan me-review sebuah film Korea yang saat ini sedang hits, yaitu Kim Ji Young Born 1982.

Review Film Kim Ji Young: Born 1982 (2019) Bahasa Indonesia

Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Cho Nam-ju. Dan dibintangi oleh Gong Yoo dan juga Jung Yu-Mi. Film korea keren satu ini sudah tayang di bioskop Indonesia sejak 20 November 2019 lalu.

Yuk langsung saja kita simak ulasan review film Kim Ji Young: Born 1982 berikut ini!

Baca juga: 10 Film India Terbaik yang Dibintangi Aamir Khan

Sinopsis Film Kim Ji Young: Born 1982

Kim Ji-young, Born 1982 menceritakan kisah seorang wanita bernama Kim Ji-young (Jung Yu-mi) yang terpaksa keluar dari pekerjaannya karena hamil dan harus menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Sebagai wanita Korea biasa di usia 30-an, Kim Ji-young seringkali merasa berat menjalani keseharian sebagai seorang ibu rumah tangga.

Meski kini menikah dengan pria yang dicintai, dia harus berusaha keras membesarkan anak perempuan mereka, hal yang membuatnya menanggalkan banyak hal dalam hidup.

Ji-young pun berusaha mengelak dari kenyataan dan meyakini bahwa ia baik-baik saja. Namun, suaminya, Dae-hyeon memperhatikan bahwa kehidupan telah membebani Ji-young lebih dari yang dia sadari.

Bagaimana kelanjutan kisahnya? Dapat kamu saksikan sendiri dalam film Korea terbaru 2019 berjudul Kim Ji Young Born 1982

Review Film Kim Ji Young Born 1982 (2019)

Dari beraneka ragam golongan yang ada di dunia, pasti memiliki adat yang mengikat kaum perempuannya.

Sebagai tata kelakuan yang bersifat kekal & tabu, warisan ini seringkali terasa kaku sehingga tak dapat mengikuti perkembangan zaman.

Film Kim Ji-Young: Born 1982 mencoba untuk menembus batas itu dengan mengungkap kegelisahan perempuan saat menjadi bagian dari kehidupan.

Review Film Kim Ji Young: Born 1982 Indonesia

Perjalanannya digambarkan dengan teknis sederhana, namun mampu menerjemahkan-menebalkan emosi terpendam dari perempuan modern yang terpenjara di dalam budaya tua tanah mereka.

Apa yang dituangkan ke film Kim Ji-Young (KJY), adalah masalah-masalah yang dihadapi perempuan dalam tingkat sederhana hingga ke tingkat yang serius.

Alih-alih menyentuh isu feminisme secara utuh, sesungguhnya KJY mengarahkan kritik ini pada praktik norma yang dipenuhi diskriminasi.

Di dalam proses berjuangnya saya menemukan kenyataan bahwa kesetaraan adalah sesuatu yang mustahil, namun bukan berarti kita dapat memukul rata potensi kaum perempuan.

Pendewasaan yang melibatkan posisi sebagai anak, istri & ibu tak hanya membuat saya memahami beban perempuan, tetapi juga mengubah cara saya memandang mereka.

Baca juga: Top 7 Drama Korea Park Shin Hye Terbaik

Plot padat dalam tempo yang lambat tak menyiksa selama ± 2 jam lamanya. Kim Do-Young memasukkan satu per satu konfliknya dengan rapi, sehingga tak ada yang terasa berdiri sendiri. Namun banyaknya konflik yang dijejalkan menjadi petaka kala tak dapat menyatu di puncaknya.

Membuat KJY memiliki 2 momen klimaks yang kontras, dan salah satunya gagal meletuskan emosi saya. Ketidak-puasan juga datang dari hubungan Ji-Young & Dae-Hyun yang saling mengasihi dalam keabu-abuan. Yu-Mi terlihat kuat kala tampil tunggal/dengan dunianya, tetapi tidak saat bersama Gong Yoo.

Penyajian dengan cara sederhana yang didominasi kebisuan, membuat gambar-gambar di dalamnya terasa begitu dekat serta menenggelamkan saya dalam depresi & empati.